Posted in Education

Promosi Doktor Lee Juyoung di Universitas Hasanuddin


Bersama Dr. Lee Juyoung dan Yuli Yastiani, M.Hum
Bersama Dr. Lee Juyoung dan Yuli Yastiani, M.Hum

Dr. Lee Juyoung, B.A., M.A. adalah salah seorang lulusan Program Doktor (S3) Ilmu Linguistik yang hari ini (17 Desember 2015) telah melalui tahap Ujian Promosi Doktor Terbuka di Aula Prof. Mattulada Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin (Unhas). Promosi doktor Oppa Juyoung dihadiri oleh ayah, saudara laki-laki Oppa, para guru besar, dosen dan mahasiswa FIB Unhas. Suasananya sangat menyenangkan sekali karena banyak hal yang dapat dipelajari dari seorang doktor muda, Dr. Lee Juyoung.

Disertasinya yang berjudul ‘Keergatifan Bahasa Barang-Barang sebagai Petunjuk Genealogi bagi Kelompok Wotu-Wolio:  Berbasis Program Minimalis’ mampu membawa Oppa Lee Juyoung sebagai salah satu lulusan doktor yang unggul. Dipromotori oleh Prof. Hamzah, Prof. Moses dan Prof. Darwis dan diuji oleh Prof. Hakim, Ibu Dr. Kamsinah dan Penguji eksternal,  Dr. Yassir (Universitas Atmajaya).

Ada salah satu hal yang saya kagumi dari semua hasil kerja keras Oppa Juyoung ini, yaitu ketika Prof. Dr. Abdul Hakim Yassi, Dipl. TESL., M.A. (sebagai penguji) sempat menawarkan Oppa Juyoung menjadi dosen FIB di Universitas Hasanuddin. Dengan keramahannya, Oppa Juyoung mengucapkan ‘Iye. Terima kasih.’ Namun sayang, Oppa Juyoung telah ditunggu kehadirannya di Universitas Hankuk Korea Selatan. *ditawari pekerjaan, menn… Tawaran itu datang ketika hasil karya, kerja keras dan kesungguhan berjalan seirama. Semoga Allah meridhoi langkah ini. Aamiin.

Menuliskan tentang Oppa Juyoung di sini, bukan karena modus tersembunyi. Hehehe. 🙂 Namun, saya melihat sebagai salah satu motivasi dan renungan bagi saya sendiri dalam menjalani kehidupan akademik.

Dapat dibayangkan seorang warga negara asing mau meneliti bahasa Barang-Barang yang merupakan salah satu bahasa daerah di Pulau Selayar dan salah satu rumpun bahasa Wotu-Wolio, di mana status keberadaan bahasa tersebut adalah hampir punah. Seorang warga asing yang berasal dari Korea Selatan mau jauh-jauh meneliti bahasa Barang-Barang yang hampir punah, yang letaknya ada di Pulau Selayar, Indonesia. Ini menunjukkan adanya kepedulian dari Dr. Lee Juyoung sebagai warga negara asing terhadap keberadaan bahasa daerah ini. Dan saya tentunya sebagai warga negara Indonesia yang memiliki bahasa daerah yaitu bahasa Wolio, apa yang saya telah lakukan untuk melestarikan bahasa daerah tersebut? Saya rasa masih belum banyak, malah kayaknya belum ada. Padahal bahasa daerah sendiri dapat menjadi ciri identitas diri. Lain halnya dengan Kakak senior saya, namanya Kak Yuli Yastiani. Kaka Uli, panggilan akrabnya, merupakan salah satu lulusan Program Magister (S2) Linguistik Unhas. Tesisnya yang mengangkat bahasa daerah membuat saya kagum terhadapnya. Dibimbing oleh Prof. Hakim dan Ibu Gusna, tesis Kk Uli yang berjudul ‘Makna Ideasional dalam Cerita Rakyat Buton: Kajian Linguistik Sistemik Fungsional’ mendapat apresiasi yang sangat bagus dari dosen pembimbing dan dosen penguji. Ini baru ada kontribusi untuk bahasa daerah di tanah kelahiran Kk Uli, yang kebetulan Kaka Uli dan saya berasal dari satu daerah yaitu Buton. Saya masih ingat apa yang dibilang Pak Kahar, ‘kita sebagai manusia ini harus bisa menjadi orang yang memberikan manfaat bagi orang lain.’  Tentunya manfaat dalam hal kebaikan yang positif.

Kembali ke Oppa Juyoung. Dalam melakukan penelitian ini, Oppa Juyoung telah mendalaminya dari jauh-jauh hari. Terlihat ketika Prof. Hamzah membacakan riwayat pendidikan Dr. Lee Juyoung, dari S1 telah mengambil Program Bahasa Indonesia sebagai bidang yang didalaminya, kemudian S2 mengambil Program Linguistik di Korea Selatan. Tak heran ketika berkomunikasi, Oppa Juyoung menggunakan bahasa Indonesia dengan sangat baik. Melanjutkan pendidikan S3 saja di Unhas ini, Oppa Juyoung telah menyiapkan segalanya dari jauh-jauh hari, terutama tentang penelitian yang akan dilakukan untuk menyelesaikan disertasinya. Nah ini, masalah ‘penelitian mahasiswa’ yang sempat dibahas secara ringkas tapi ‘mengena sekali’ oleh Prof. Hakim. Beliau bilang, kira-kira seperti ini, mahasiswa itu harus sudah siap dengan apa yang mau diteliti, perkaya pengetahuan dengan membaca jurnal. Jangan karena sudah mau dekat selesai masa studi baru mau memikirkan apa yang mau diteliti. *kodenya keras sekali, Prof. Memang benar, ini menjadi bahan renungan bagi saya khususnya yang sudah berada di status mahasiswa akhir. SEMANGAT, NING!!! Fokus fokus. Kata Prof. Hamzah, ‘Jangan terlalu banyak mengerjakan hal di luar apa yang akan dikerjakan. Fokus, fokus, fokus‘.

Left2Rigth: Kk Yuli Yastiani, Prof. Hamzah, Ning, Istri Prof. Hamzah, dan Dr. Lee Juyoung.
Left2Rigth: Kk Yuli Yastiani, Prof. Hamzah, Ning, Istri Prof. Hamzah, dan Dr. Lee Juyoung.

Menjadi seorang doktor muda di usia 33 tahun, Oppa Juyoung mendapat wejangan dari Promotornya, Prof. Hamzah Machmoed. Beliau menitip pesan bahwa jika sudah sampai di tahap ini sebagai doktor muda, pakailah ilmu padi. Makin berisi, makin merunduk. Jauhkan kesombongan dari dalam diri. Sekedar untuk diketahui, Oppa Juyoung tinggal di Maros selama menempuh pendidikan S3 di Unhas. Bisa dibayangkan kan? Butuh waktu sekitar 2 jam dari Maros untuk tiba di Kota Makassar. He has high motivation, guys. >.< Namanya juga orang belajar, harus ada pengorbanan yang besar untuk mencapai prestasi yang besar pula.

Left2right: Dr. Kamsinah, Prof. Hamzah, Prof. Hakim, Dr. Lee Juyoung, Prof. Bur, Ayah Dr. Lee Juyoung, dan Dr. Yassir
Left2right: Dr. Kamsinah, Prof. Hamzah, Prof. Hakim, Dr. Lee Juyoung, Prof. Bur, Ayah Dr. Lee Juyoung, dan Dr. Yassir

Once more again, Congratulation, Dr. Lee Juyoung!!! 🙂
You become one of inspiring people how to be a good academician. 🙂

Author:

I'm Nining Syafitri. A Small Girl who has a big ambition to make my future better... Never give up for struggling this hard life although it needs a big sacrifice and tears... Allah knows what I want, but He will give me what I need right now...

6 thoughts on “Promosi Doktor Lee Juyoung di Universitas Hasanuddin

  1. Yang terutama dari penelitian Lee Juyoung yaitu dia menggunakan teori CHOMSKY yang kebanyakan orang di Indonesia tidak menggunakannya karena tergolong teori yang kontroversial, namun dengan penguasaan teori terup to date Chomsky yaitu MINIMALIST PROGRAM, membuat tim pengujinya berdecak kagum meski masih menuntut perbaikan atas kekurangan2 yg ada dalam disertasi itu.

Leave a comment